Lembar Fakta tentang National Endowment for Democracy

2022-05-11 19:17

Pendahuluan

Amerika Serikat telah lama menggunakan demokrasi sebagai alat dan senjata untuk melemahkan demokrasi atas nama demokrasi, menghasut perpecahan dan konfrontasi, dan mencampur tangan dalamurusan internal negara lain, yang menyebabkan konsekuensi bencana.

The National Endowment for Democracy (NED), sebagai salah satu “prajurit”, sarung tangan putih dan pejuang demokrasi” utama pemerintah AS, menumbangkan pemerintah yang sah dan mengembangkan kekuatan boneka pro-AS di seluruh dunia atas nama “mempromosikan demokrasi. Perilakunyatelah menimbulkan ketidakpuasan yang kuat di komunitas internasional.

Di dunia saat ini, perdamaian dan pembangunan merupakan tema zaman,  kecenderungan menuju demokrasi yang lebih tinggi dalam hubungan internasional tidak dapat dihentikan. Setiap upaya yang ikut campur dalam urusan internal negara lain atas nama demokrasi pasti akan ditolak, dan pasti akan gagal.

I. Struktur organisasi NED

Setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat membuka front rahasia melawan Uni Soviet melalui Central Intelligence Agency (CIA) dan aparat intelijen lainnya. Pada tahun 1960-an, Amerika Serikat secara bertahap menyadari bahwa, masih jauh dari cukup untuk “mempromosikan demokrasi” melalui cara-cara rahasia saja. Ada kebutuhan mendesak untuk membentuk “mekanisme publik-swasta” untuk menyediakan pendanaan secara terbuka. Pada tahun 1983, dengan upaya Presiden AS saat itu dan beberapa orang lainnya, NED didirikan sebagai lembaga non-profit antarpartai.

NED,dari artinama adalah LSM yang memberikan dukungan terhadap demokrasi di luar negeri.Tetapi faktanya, NED bergantung pada dukungan keuangan berkelanjutan dari Gedung Putih dan Kongres AS, dan menerima perintah dari pemerintah AS. Melalui pemberian dana, NED telah memanipulasi dan mengarahkan LSM di seluruh dunia untuk mengekspor nilai-nilai Amerika, melakukan subversi, infiltrasi dan sabotase, dan menghasut apa yang disebut “gerakan demokrasi” di negara atau wilayah sasaran. Lembaga ini pada dasarnya adalah "sarung tangan putih" pemerintah AS yang melayani kepentingan strategis AS.

Pada awal tahun 1991, pendiri NED Alan Weinstein dalam wawancara dengan Washington Postsecara blak-blakan mengatakan bahwa, banyak dari apa yang mereka lakukan adalah yang CIA lakukan25 tahun yang lalu. Oleh karena itu NED dikenal sebagai "CIA kedua" di dunia.

NED memiliki empat lembaga anak inti: Institut Demokrasi Nasional (National Democratic Institute) dan Institut Republik Internasional (International Republican Institute), yang terutama bertanggung jawab untuk mendukung kelompok-kelompok politik lokal; Pusat Amerika untuk Solidaritas Buruh Internasional (American Center for International Labor Solidarity) yang bertanggung jawab untuk mempromosikan organisasiburuh dan gerakan buruh; dan Pusat Perusahaan Swasta Internasional (Center for International Private Enterprise) untuk mengkooptasi perusahaan swasta. Melalui empat lembaga anak ini, NED telah menjadi dalang di balik kerusuhan separatis, revolusi warna, krisis politik, kebohongan dan rumor, dan infiltrasi di seluruh dunia, dengan daftar kejahatan yang terus bertambah.

II. Menghasut revolusi warna untuk menumbangkan pemerintahan negara sasaran

NED terlihat di balik revolusi warna yang dipicu dan diatur oleh Amerika Serikat, termasuk disintegrasi Uni Soviet, Revolusi Mawar di Georgia, Revolusi Oranye di Ukraina, dan Musim Semi Arab.

1.NED memicu revolusi warna di negara-negara "bermusuhan". Dokumen NED awal mengungkapkan kegiatan NED terutama di Eropa Timur untuk menumbangkan pemerintahan negara pada awal akhir 1980-an.

·Pada tanggal 27 Agustus 1989, Washington Post menerbitkan laporan berjudul “Bagaimana kami membantu Solidaritas menang” (“How we helped Solidarity win”), menunjukkan bahwa NED memberikan dukungan keuangan untuk Solidaritas Polandia untuk membantu mereka menggulingkan pemerintah Polandia saat itu, menandai perubahan drastis di Eropa Timur.

·Pada bulan Oktober 2000, NED mendanai dan menghasut Velvet Revolution di Serbia yang menggulingkan pemerintahan Milosevic. Pada tahun 1999 dan 2000, NED mendanai oposisi Serbia masing-masing dengan 10 juta dan 31 juta dolar AS untuk ekspansinya yang cepat. NED juga membantu pelatihan rahasia sekelompok mahasiswa sebelum menyerahkan mereka kepada pimpinan kelompok mahasiswa bernama Otpor! (Perlawanan!) yang kemudian memicu kerusuhan. The Washington Post menulis dalam analisis post-mortemnya tentang Velvet Revolution Serbia bahwa penasihat yang didanai AS memainkan peran kunci di balik hampir setiap aspek gerakan anti-Serbia. Mereka melacak jajak pendapat, melatih ribuan aktivis oposisi dan membantu mengatur tabulasi suara paralel yang penting.

·Pada tahun 2003, Revolusi Mawar terjadi di Georgia, dan kemudian Presiden Eduard Shevardnadze terpaksa mundur. Dalam revolusi warna ini, NED merencanakan dan berpartisipasi dalam seluruh proses mulai dari “memilih” pemimpin oposisi, melatih oposisi hingga menyediakan dana besar. Setelah revolusi berhasil, NED terus menawarkan “dana murah hati”. Pada tahun 2004 saja, NED memberikan hampir 540.000 dolar AS kepada 12 LSM di Georgia.

·Pada akhir tahun 2004, selama Revolusi Oranye di Ukraina, Amerika Serikat menawarkan 65 juta dolar AS kepada oposisi Ukraina melalui NED dan organisasi lainnya. Ketika demonstrasi anti-pemerintah besar-besaran terjadi di Ukraina pada tahun 2013, NED mendanai sebanyak 65 LSM di negara itu, dan bahkan menyediakan dana besar untuk membayar “upah” kepada setiap pemrotes. RIA Novosti melaporkan bahwa NED telah menginvestasikan 14 juta dolar AS dalam sebuah proyek di Ukraina yang menyebabkan demonstrasi besar pada tahun 2014 yang menggulingkan pemerintahan Yanukovych saat itu.

2.NED adalah pendukung penting di balik Musim Semi Arab. Di Mesir, Yaman, Yordania, Aljazair, Suriah, Libya dan negara-negara lain, NED memberikan dukungan keuangan kepada individu dan kelompok pro-Amerika dengan mendukung yang disebut feminisme, kebebasan pers, dan kegiatan hak asasi manusia. Ini mengekspor berbagai macam ide anti-pemerintah, menghasut revolusi warna, dan menjerumuskan dunia Arab ke dalam perang, kerusuhan sosial, dan resesi ekonomi.

·Pada akhir Januari 2011, demonstrasi besar-besaran anti-pemerintah terjadi di Mesir. Pada 11 Februari, Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri. Menurut telegram diplomatik AS dan materi lain yang diperoleh WikiLeaks, NED memainkan peran penting dalam mengatur dan memanipulasi demonstrasi anti-pemerintah di Mesir. Melalui LSM seperti National Association for Change dan Gerakan Pemuda 6 April, NED menyediakan dana, pelatihan dan dukungan lain untuk demonstrasi. Nama dan slogan National Association for Change identik dengan organisasi anti-pemerintah di negara lain yang telah menerima pelatihan NED.

·Di Libya, NED mendanai, antara lain, pendiri organisasi anti-pemerintah Libya Forum for Human and Political Development, Libyan Transparency Association, dan pendiri Libya Akhbar yang melarikan diri ke London. Kelompok-kelompok ini aktif dalam perang saudara Libya 2011.

·Di Yaman, NED mendanai dan bekerja sama dengan LSM seperti “Wartawan Wanita Tanpa Rantai” dan memainkan peran penting dalam demonstrasi anti-pemerintah 2011 di Yaman. Pendiri “Wartawan Wanita Tanpa Rantai” Tawakkol Karman mengorganisir dan memimpin demonstrasi mahasiswa menentang pemerintah Saleh.

·Di Aljazair, sejumlah organisasi yang terlibat dalam protes Musim Semi Arab menerima dana dari NED. Laporan tahunan NED mengungkapkan bahwa Liga Aljazair untuk Pertahanan Hak Asasi Manusia menerima dana AS pada tahun 2003, 2005, 2006 dan 2010. Staf Administrasi Publik Persatuan Otonomi Nasional memiliki hubungan dekat dengan Pusat Solidaritas Buruh Internasional Amerika yang berafiliasi dengan NED.

3. NED menghasut "revolusi warna" di Bolivia, memaksa Presiden Evo Morales untuk mengundurkan diri dan pergi ke luar negeri. Selama hampir 14 tahun pemerintahan kiri di bawah Morales, Bolivia menikmati stabilitas politik dan tingkat pertumbuhan tercepat di Amerika Selatan. Tingkat kemiskinannya terus menurun, mata pencaharian masyarakat meningkat tajam, dan ketegangan antara kulit putih dan pribumi berkurang secara signifikan. Pemerintah Morales memenangkan pemilihan umum, tetapi dipaksa mundur oleh “gerakan jalanan” dan militer serta polisi. NED berperan dalam lebih dari satu cara.

Pertama, membesarkan kekuatan anti-Morales selama bertahun-tahun. Antara tahun 2013 dan 2018, NED dan USAID menyediakan 70 juta dolar AS kepada oposisi di Bolivia dengan berbagai cara, mendanai elit kulit putih, mantan tokoh politik sayap kanan, dan elemen anti-Morales lainnya, menjalin jaringan anti-Morales yang tersebar di seluruh universitas, think tank dan organisasi sipil, dan bahkan menghasut penduduk asli Bolivia untuk melawan Morales. Sejumlah tokoh oposisi mendapat dukungan keuangan semacam itu atau memiliki interaksi yang erat dengan Amerika Serikat.

Kedua, menuduh “kecurangan pemilu” dalam kampanye cuci otak. Mulai tahun 2018, NED menginvestasikan masing-masing 45.000 dan 42.000 dolar AS melalui Fundacion para el Periodismo (Yayasan untuk Media) dan Agencia de Noticias Fides Compania de Jesus (Perusahaan Kantor Berita FIDES) untuk mendorong media sayap kanan di Bolivia menggali korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah Morales dan untuk melabeli Morales, yang sedang mengupayakan periode selanjutnya sebagai "diktator". Ini mengalokasikan 45.000 dolar AS melalui Fundacion Milenio (Millennium Foundation) untuk mensponsori universitas, dewan bisnis dan LSM untuk memanaskan topik-topik seperti “pemilihan yang adil” dan “transparansi peradilan”, untuk membangun harapan publik terhadap “kecurangan pemilu” Morales.

Ketiga, mendalangi gerakan jalanan. Pada 29 Oktober 2019, setelah hasil pemilihan umum dirilis, para pemimpin oposisi termasuk Carlos Mesa menyelenggarakan “demonstrasi damai”, menyerukan pemilihan ulang dan membagikan uang tunai kepada para pengunjuk rasa. Pemimpin oposisi José Antonio Camacho, yang kemudian menjadi fokus propaganda media sayap kanan yang didukung oleh NED, menghasut pemogokan nasional dan menjadi juru bicara Amerika Serikat yang berani dan terkendali. NED juga menghabiskan 200.000 dolar AS melalui Institut Republik Internasional, sebuah lembaga anak NED, untuk meningkatkan kemampuan mobilisasi dan organisasi partai-partai oposisi dan memberikan nasihat kepada "gerakan jalanan".

III. Berkolusi dengan kelompok politik lokal untuk ikut campur dalam agenda politik negara lain

Dengan infiltrasi ke negara-negara target, menumbuhkan kekuatan anti-pemerintah lokal dan memicu ketegangan sosial, NED telah mencampur tangan dalam urusan internal negara-negara lain.

1. Campur tangan dalam pemilihan Hong Kong dan urusan internal China. NED menghubungi partai, kelompok, dan organisasi oposisi di Hong Kong melalui National Democratic Institute (NDI) yang berafiliasi padanya. Sejak 1997, NDI telah menerbitkan 18 laporan penilaian yang bertujuan mempengaruhi “perkembangan demokrasi” Hong Kong. Pada tahun 2002, NDI membuka kantor di Hong Kong. Pada tahun 2003, ia mendanai “demonstrasi 1 Juli” yang diatur oleh oposisi untuk menghalangi pengesahan Undang-undang 23. Pada tahun 2004, ia mendanai partai dan kelompok oposisi di lokakarya dan seminar, dan memberikan konseling pribadi tentang organisasi kampanye bagi para pemimpin mereka. Pada tahun 2005, NED menjalankan program pemimpin politik muda untuk mendukung kelompok-kelompok politik menentang pemerintah. Pada tahun 2006, ia mendanai "Proyek Transisi Hong Kong". Pada tahun 2007, ia membagi kegiatannya di Hong Kong menjadi empat program, yaitu serangkaian laporan berjudul “Janji Demokratisasi di Hong Kong”, survei persepsi, keterlibatan publik pemuda dan partisipasi politik perempuan. Pada tahun 2008, menyelenggarakan pertemuan puncak untuk siswa. Pada tahun 2010, mereka merencanakan“referendum lima distrik” bersama dengan anggota oposisi dari Dewan Legislatif (LegCo). Pada 2012, ia mendanai Universitas Hong Kong dalam membuka situs web "Desain Demokrasi Hong Kong", merekrut magang universitas, dan mendanai pertemuan puncak mahasiswa. Pada tahun 2014, ia mengarahkan dan mendanai pemuda oposisi dan radikal dalam gerakan ilegal “Occupy Central”.

Menurut situs web NED, 2 juta dolar AS dihabiskan untuk 11 proyek terkait Hong Kong pada tahun 2020, dengan fokus khusus pada mengganggu pemilihan LegCo. Proyek-proyek utama termasuk: “Penguatan Pengamatan Pemilihan Warga”, yang menawarkan bantuan teknis dan keuangan kepada kelompok-kelompok destabilisasi yang baru terbentuk di Hong Kong, dan mendorong mereka untuk menghalangi pemilihan LegCo melalui pemantauan pemilihan, merebut hak pemungutan suara, dll.; “Amplifying Citizens’ Perspectives on Political Participation”, yang mengumpulkan dan menyebarluaskan temuan survei tentang perkembangan demokrasi, dan mendorong kaum muda Hong Kong untuk berbagi pengalaman partisipasi politik mereka di Internet; “Mendukung Persatuan Aktivis Mahasiswa”, yang menyerukan koordinasi yang lebih baik di antara kelompok mahasiswa Hong Kong sebelum pemilihan LegCo, menginstruksikan serta melatih mereka untuk “perubahan demokratis” dan komunikasi internasional agar memainkan peran dalam mengganggu ketertiban pemilihan; “Membangun Solidaritas Regional dan Memberdayakan Gerakan Hong Kong”, yang berusaha memperkuat “gerakan demokrasi” Hong Kong melalui pembangunan jaringan, menumbuhkan “pemimpin aktivis” generasi muda di Hong Kong, dan mendirikan jaringan “gerakan demokrasi” di Asia.

2.Mengganggu pemilu Rusia dan mengancam konstitusi, pertahanan, dan keamanan nasional Rusia. Menurut Kantor Kejaksaan Agung Federasi Rusia, antara tahun 2013 dan 2014, NED mengalokasikan 5,2 juta dolar AS kepada organisasi Rusia. Pada Juli 2015, NED dimasukkan dalam daftar “organisasi yang tidak disambut” oleh Rusia. Sebuah pernyataan resmi dari pemerintah Rusia menunjukkan bahwa NED “berpartisipasi dalam aktivitas untuk menyangkal hasil pemilu Rusia, dan mengadakan protes politik dengan tujuan mempengaruhi kebijakan pemerintah Rusia dan mendiskreditkan reputasi angkatan bersenjata Rusia.”

3.Menciptakan ketidakstabilan politik di Belarus. Amerika Serikat mendalangi tiga "revolusi warna" melawan pemerintah Belarus masing-masing pada tahun 2006, 2010 dan 2020, di mana NED memainkan peran penting. Pada tahun 2020, NED menghabiskan 2,35 juta dolar AS dalam proyek-proyek terkait dengan Belarus. Dengan dalih memajukan proses politik, NED melakukan proyek untuk “mendorong pemilihan yang bebas dan adil” dengan dana sebesar 80.000 dolar AS. Di bawah proyek tersebut, kampanye propaganda komprehensif diluncurkan sebelum pemilihan presiden untuk menginformasikan warga negara tentang hak-hak pemilihan dan pemantauan pemilihan independen; dan selama kampanye, dilakukan pendidikan dan pelatihan pemungutan suara oleh aktivis, dikerahkan pengamat untuk memantau proses pemungutan suara, dan temuan pemantauannya dipublikasikan melalui berbagai media.

Pada 9 Agustus 2020, Presiden Belarus Lukashenko terpilih untuk keenam kalinya dengan 80,1% suara. Oposisi Belarus mempertanyakan kecurangan pemilu, yang memicu protes besar-besaran di ibu kota Minsk dan kota-kota lain selama beberapa hari, dan kerusuhan di beberapa daerah. Selama kerusuhan, kegiatan NED sering terjadi. Pada 17 Mei 2021, stasiun TV "Russia Today" merilis konferensi video antara eksekutif NED dan tokoh oposisi Belarus. Dalam konferensi video, ketua NED saat itu, Karl Gershman mengakui bahwa NED telah lama beroperasi di berbagai bagian di Belarus dan terlibat dalam aktivitas hak-hak sipil di Belarus timur, termasuk Vitebsk dan Gomel. NED mendukung pemimpin oposisi Svetlana Tikhanovskaya, dan bekerja dengan timnya melalui lembaga inti NED untuk memfasilitasi kegiatan timnya.

Saat mengomentari kegiatan NED di Belarus, Dmitry Yegorchenkov, pakar hubungan internasional Rusia, mengatakan bahwa NED mendanai banyak “media independen”, dan meskipun pendanaan untuk outlet media individu mungkin tidak terlihat signifikan, jumlah penerimanya banyak. Menurut data situs web NED, antara tahun 2016 dan 2020, NED mendanai 119 proyek di Belarus dengan kategori "kebebasan informasi", mendanai rata-rata 50.000 dolar AS untuk setiap proyek. Kategori ini menerima lebih banyak dana daripada kategori lainnya selama lima tahun berturut-turut.

4.Mengganggu pemilihan parlemen Mongolia. International Republican Institute (IRI), salah satu lembaga inti NED, sangat terlibat dalam pemilihan parlemen Mongolia pada tahun 1996. Dalam laporan tahunannya 1996, IRI mengungkapkan bahwa mereka telah memberikan pelatihan bagi partai-partai oposisi negara tersebut tentang perekrutan, pembangunan organisasi dan kegiatan kampanye sejak tahun 1992. Atas dorongan IRI, kekuatan “demokratis” Mongolia yang tersebar diintegrasikan ke dalam dua partai politik dan kemudian membentuk aliansi oposisi terpadu pada awal tahun 1996, mengambil 50 dari 70 kursi di parlemen Mongolia. Menurut beberapa laporan tahunan NED, NED memberikan IRI lebih dari 480.000 dolar AS hibah antara tahun 1992 dan 1996. Pada tahun 1996 saja, hampir 160.000 dolar AS dialokasikan untuk aliansi oposisi Mongolia untuk memenangkan pemilihan.

5.“Memantau” pemilu dan referendum konstitusi di Kirgistan. Dari tahun 2013 hingga 2020, NED mengalokasikan lebih dari 13 juta dolar AS untuk media dan berbagai LSM di Kirgistan. Pendanaan NED untuk “berita yang mengganggu” di Kirgistan mencapai lebih dari 2 juta dolar AS pada tahun 2020, termasuk alokasi 300.000 dolar AS ke situs web Kloop Media untuk “memantau” referendum konstitusi Kirgistan dan pemilihan parlemen lokal. Situs web tersebut merekrut 1.500 “pengamat” selama pemilihan presiden pada Januari 2021, dan mempekerjakan 3.000 “pengamat” selama pemilihan parlemen lokal dan referendum konstitusi pada bulan April.

6.Memicu protes dan demonstrasi di Thailand. Pada tahun 2020, protes dan demonstrasi pecah di jalan-jalan Thailand. Organisasi seperti Thai Lawyers for Human Rights (TLHR) yang didanai NED secara terbuka mendukung dan menghasut protes di jalan. The Bangkok Post mengungkapkan bahwa TLHR telah menerima dana dari NED. The Nation, sebuah surat kabar Thailand, melaporkan bahwa NED juga telah mendanai platform media termasuk Prachatai, sebuah outlet media online, dan berbagai LSM seperti iLaw, sebuah LSM hukum berbasis internet. NED telah ikut campur dalam urusan internal Thailand melalui platform dan organisasi tersebut untuk menuntut pemerintah Thailand untuk mengubah konstitusi.

7.Menghasut partai-partai oposisi di Nikaragua untuk merebut kekuasaan dengan kekerasan. Mendukung kekuatan politik pro-AS di negara Amerika tengah Nikaragua adalah salah satu program pertama NED setelah berdirinya pada tahun 1983. Antara tahun 1984 dan 1988, NED menyediakan sekitar 2 juta dolar AS dana kepada kekuatan oposisi di Nikaragua, untuk membantu pemimpin oposisi Violeta Chamorro menjadi presiden terpilih pada tahun 1990. Sampai hari ini, NED masih menyalurkan dana ke oposisi dan media sayap kanan di Nikaragua melalui Yayasan Violeta Barrios de Chamorro Foundation for Reconciliation and Democracy yang didirikan setelah Violeta Chamorro mundur. Menurut catatan publik, antara tahun 2016 dan 2019, NED menyediakan setidaknya 4,4 juta dolar AS kepada kelompok oposisi Nikaragua, termasuk organisasi media. Pihak tersebut memainkan peran kunci dalam upaya kudeta kekerasan Nikaragua pada tahun 2018 ketika mereka meminta pendukung oposisi untuk menyerang pemerintah dan membunuh presiden.

8.Mendanai pasukan anti-Kuba untuk memanipulasi opini publik terhadap pemerintah. Kuba telah lama menderita akibat infiltrasi dan kegiatan subversif AS. Media Kuba mengungkapkan bahwa NED dan USAID mengalokasikan hampir 250 juta dolar AS untuk program yang menargetkan Kuba selama 20 tahun terakhir. Menurut data yang diungkapkan di situs web NED pada tahun 2021, terdapat 42 program anti-Kuba telah mendapat hibah NED pada tahun 2020. Pada tahun 2021, NED mendanai dan membimbing kekuatan anti-Kuba untuk mengarang dan menyebarkan disinformasi di jejaring sosial untuk memicu sentimen publik anti-pemerintah, dan menghasut masyarakat untuk mengikutserta dalam kegiatan yang mengganggu ketertiban umum. Misalnya, pada pertengahan Juni 2021, kekuatan anti-Kuba menyebarkan desas-desus bahwa sistem kesehatan negara itu kewalahan tengah pandemi COVID-19, dan menyebabkan kepanikan publik. Pada bulan Juli, memanfaatkan gelombang protes di Kuba, NED mengaduk-aduk berita palsu bahwa "(lebih dari) 100 pengunjuk rasa hilang" dan menggunakan robot internet untuk menyebarkannya. Hal itu merupakan upaya untuk mempengaruhi opini publik online dan menghasut rakyat Kuba untuk menggulingkan pemerintah mereka.

9.Intervensi lama dalam urusan internal Venezuela. Setelah “pejuang anti-AS” Hugo Chavez terpilih sebagai presiden Venezuela pada tahun 1999, NED mempercepat operasinya di belakang layar dan terus-menerus memberikan dana kepada oposisi Venezuela, mengundang personil untuk mengikuti kursus pelatihan di Amerika Serikat. Sejak tahun 1999, NED telah menjalankan kegiatan melalui kantor USAID di Kedutaan Besar AS untuk Venezuela dan kantor organisasi penerima intinya di Venezuela. NED tetap berhubungan dengan dan mendanai kegiatan lembaga, partai oposisi dan LSM di Venezuela atas nama “mempromosikan demokrasi”, “menyelesaikan konflik” dan “memperkuat masyarakat sipil”. Pengeluaran dana NED bertujuan untuk mendukung kegiatan interferensi di Venezuela meningkat dari tahun ke tahun. Jumlahnya mencapai 257.800 dolar AS pada tahun 1999, merupakan terbesar di negara-negara Amerika Latin. Pada tahun 2000, dananya melonjak menjadi 877.400 dolar AS. Pada tahun 2002, Biro Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Perburuhan Departemen Luar Negeri AS mengalokasikan sebanyak 1 juta dolar AS untuk mendukung program NED di Venezuela. Pada tahun 2019, program NED di Venezuela berjumlah total 2,66 juta dolar AS. Diantaranya terdapat proyek NED yang berfokus pada memajukan “proses politik”, untuk “Penguatan Penjangkauan, Komunikasi dan Kapasitas Organisasi” dengan dana lebih dari 90.000 dolar AS, yang digunakan untuk memberikan pelatihan dan dukungan kepada aktivis lokal, untuk memperkuat kapasitas komunikasinya, menciptakan dan  memperkuat jaringan “masyarakat sipil” nasional, dan mengembangkan tim komunikasi untuk menyebarkan kabar “demokrasi” ke seluruh negeri.

Pada Oktober 2005, Juan Guaidó dan empat “pemimpin mahasiswa” Venezuela lainnya tiba di Beograd, Serbia untuk menghadiri pelatihan pemberontakan yang didanai NED. Setelah pelatihan, Guaidó dan yang lainnya kembali ke Venezuela untuk mempromosikan ide-ide ekstrim sayap kanan, dalam upaya untuk mempengaruhi kaum muda Venezuela, mendalangi serangkaian kegiatan politik jalanan kekerasan. Kemudian, Guaidó mendaftar di universitas AS dan, dengan dukungan NED, aktif dalam kelompok politik yang relevan di Amerika Serikat. Setelah Guaidó mendeklarasikan dirinya sebagai "presiden sementara" Venezuela, halaman Wikipedia-nya dibuat tak lama kemudian dan diedit 37 kali oleh organisasi yang berafiliasi dengan NED, untuk mendukung propaganda "legitimasi"-nya. Pada November 2021, Russia Today melaporkan dalam sebuah artikel bahwa serangkaian dokumen internal AS baru-baru ini mengungkapkan bagaimana Amerika Serikat ikut campur dalam proses pemilihan di Venezuela. Dokumen menunjukkan bahwa front intelijen AS mempersenjatai media sosial untuk mempromosikan oposisi sayap kanan Venezuela, dan membantu mereka terpilih ke parlemen, sehingga meletakkan dasar bagi penunjukan Juan Guaidó sebagai “presiden Venezuela sementara”.

Keempat lembaga inti NED semuanya terlibat dalam kegiatan di Venezuela secara luas. Mereka telah membangun hubungan dekat dengan partai-partai oposisi di negara itu dan membantu melatih partai-partai oposisi yang ada atau yang baru dibentuk dalam hal organisasi, manajemen, publisitas, dan bidang-bidang lainnya. Mereka telah memberikan beberapa paket dana kepada serikat buruh oposisi terbesar di Venezuela dan mendorongnya untuk menggelar protes dan demonstrasi anti-Chavez. Ketika Nicolás Maduro dilantik sebagai presiden pada 10 Januari 2019, Amerika Serikat dan beberapa negara lain menolak untuk mengakui masa jabatan barunya dan menghasut Juan Guaidó, yang saat itu menjadi Ketua Majelis Nasional dan pemimpin partai oposisi, untuk bersaing memperebutkan kepemimpinan dan secara terbuka menantang Maduro. Guaidó kemudian mendeklarasikan dirinya sebagai “Presiden Sementara” dan menuntut pemilihan presiden ulang, yang menjerumuskan negara itu ke dalam kerusuhan. Gejolak di Venezuela adalah contoh nyata tentang "revolusi warna" yang direncanakan oleh proksi yang didukung AS. Upaya NED selama bertahun-tahun untuk menumbuhkan elemen oposisi Venezuela jelas memainkan peran. Pada Maret 2019, Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza mengatakan bahwa didanai oleh NED, banyak organisasi melakukan kegiatan destabilisasi di seluruh negeri dan berusaha untuk menggulingkan pemerintah Venezuela selama 20 tahun terakhir.

10.Mengatur kudeta kekerasan untuk mewujudkan perubahan rezim di Haiti. International Republican Institute (IRI) sangat terlibat dalam kudeta kekerasan 2001 di Haiti yang menggulingkan Presiden Jean-Bertrand Aristide yang terpilih secara demokratis. Pada Februari 2001, Stanley Lucas, Pejabat Program Senior IRI untuk Haiti, secara terbuka mengajukan tiga cara untuk mengusir Presiden Aristide di sebuah program radio lokal. Kemudian Asisten Menteri Luar Negeri AS Roger Francisco Noriega tidak hanya bekerja sama dengan IRI untuk menyediakan dana bagi oposisi di Haiti, tetapi juga menyetujui taktik separatis oposisi ketika menengahi krisis politik di Haiti. Meski mengakui “mempromosikan demokrasi di seluruh dunia”, IRI sebenarnya berhubungan dekat dengan oposisi di Haiti untuk melakukan operasi subversif.

11.Mengganggu Pemilihan Presiden Uganda dengan mendukung pemimpin oposisi. Dalam Pemilihan Presiden Uganda pada Januari 2021, Robert Kyagulanyi Ssentamu, kandidat dari oposisi Platform Persatuan Nasional, memenangkan 34,83 persen suara, menempati urutan kedua. Ssentamu dibesarkan di daerah kumuh dan menjadi penyanyi populer sebelum terjun ke dunia politik. Analis-analis mengaitkan popularitasnya yang tinggi sebagian besar dengan dukungan AS. Menurut media online, dia menerima pelatihan tentang subversi rezim di Amerika Serikat atas undangan NED pada tahun 2018 dengan alasan mencari perawatan medis. Selain itu, NED juga menyediakan dana dan memberikan nasihat untuk mendukungnya selama kampanye pilpres.

IV. Mendanai kekuatan separatis untuk merusak stabilitas negara yang disasar

Tiongkok telah lama menjadi sasaran utama kegiatan infiltrasi dan subversi NED. NED setiap tahun berinvestasi secara besar-besaran dalam program-program anti-Tiongkok dan berupaya untuk menghasut “kemerdekaan Xinjiang”, “kemerdekaan Hong Kong”, dan “kemerdekaan Tibet”. Menurut data yang dirilis di situsnya pada tahun 2020, dalam setahun NED memberikan hibah lebih dari 10 juta dolar AS untuk 69 program terkait Tiongkok yang bertujuan untuk mendorong pelaksanaan berbagai kegiatan yang membahayakan stabilitas politik dan sosial di Tiongkok.

1.NED adalah sumber utama pendanaan untuk berbagai organisasi “kemerdekaan Xinjiang”. NED mengklaim telah memberikan hibah bernilai 8,7583 juta dolar AS untuk berbagai “organisasi Uighur” tahun 2004-2020. Pada tahun 2020 saja, berbagai kekuatan “kemerdekaan Xinjiang” menerima sekitar hibah bernilai 1,24 juta dolar AS dari NED, dan sebagian besarnya disalurkan ke organisasi “kemerdekaan Xinjiang” seperti “Kongres Uyghur Dunia” (WUC). Presiden NED Carl Gershman secara terbuka mengklaim bahwa untuk menyelesaikan masalah di Xinjiang, revolusi warna harus dilakukan di Tiongkok sehingga perubahan rezim dapat mengubah negara itu menjadi republik federal. Berbicara di acara Penghargaan Demokrasi NED pada Juni 2019, Gershman secara terbuka mendukung gagasan “Turkestan Timur” untuk mendorong kekuatan “kemerdekaan Xinjiang”. Dia juga menyerukan perhatian global terhadap apa yang disebut masalah hak asasi manusia di Xinjiang dan berusaha meluncurkan aliansi internasional, khusus menangani masalah ini dan memberi sanksi kepada Tiongkok.

Seperti yang diungkap oleh The Grayzone, sebuah situs yang berbasis di AS, selama bertahun-tahun NED telah secara langsung memberikan jutaan dolar kepada WUC dan Uyghur American Association (UAA), dan membantu mereka berkolaborasi dengan pemerintah dan lembaga legislatif di Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya, untuk meningkatkan permusuhan terhadap Tiongkok. Presiden UAA Kuzzat Altay secara terbuka menyatakan bahwa "Hal paling normal yang pernah saya bayangkan adalah kegiatan anti-Tiongkok setiap hari". Laporan investigasi The Grayzone menunjukkan bahwa ketika pandemi COVID-19 melanda Amerika Serikat pada tahun 2020, UAA dan anggota kuncinya menjilat kekuatan politik sayap kanan ekstrem di AS, mencap virus korona sebagai "virus Tiongkok" dan menghasut sentimen anti-Asia.

Program NED terkait Xinjiang berfokus pada penggorengan “krisis HAM” di Xinjiang, merupakan bagian dari upaya AS dan dunia Barat dalam menggunakan Xinjiang demi menahan Tiongkok. Pada 2019, NED memberikan hibah 900.000 dolar AS untuk program terkait Xinjiang. Program-program utama termasuk Program “Pendokumentasian Pelanggaran HAM di Turkistan Timur”, yang diinisiasi atas nama “membela HAM”, tetapi dalam kenyataannya menyuap saksi dan memalsukan bukti untuk membenarkan apa yang disebut tuduhan “pelanggaran HAM” di Xinjiang, dan mengeluarkan laporan sementara dan laporan tahunan tentang Pusat Pendidikan dan Pelatihan di Xinjiang yang nonfaktual; Program “Pemberdayaan Perempuan dan Pemuda untuk Advokasi dan Partisipasi Masyarakat”, yang memberikan pelatihan keterampilan dan cara propaganda dan advokasi anti-Tiongkok kepada perempuan dan pemuda Uyghur, menghasut mereka untuk melakukan kegiatan anti-Tiongkok; Program “Membela dan Mengadvokasi HAM Uyghur”, yang mengumpulkan dan memalsukan disinformasi tentang “pelanggaran HAM Uyghur” di dalam dan luar Tiongkok, dan berkampanye negatif tentang isu-isu terkait Xinjiang di seluruh dunia. Pada tahun 2020, NED memberikan hibah 1,24 juta dolar AS untuk program terkait Xinjiang. Program-program utama termasuk “Mengadvokasi HAM Uyghur melalui Interaksi Artistik”, yang mendorong kekuatan “kemerdekaan Xinjiang” di dalam dan luar Tiongkok untuk mengangkat isu-isu terkait Xinjiang atas nama kesenian, “Mendokumentasikan dan Mengembangkan Sumber Daya untuk Memperkuat Advokasi Uyghur”, yang dirancang untuk membangun database “HAM” Uyghur dan menghasilkan laporan-laporan untuk mendiskreditkan kebijakan terkait Uyghur Tiongkok, serta “Membela dan Mengadvokasi HAM Uyghur” dan “Memberdayakan Perempuan dan Pemuda untuk Advokasi dan Partisipasi Masyarakat” yang merupakan perpanjangan dari program 2019 yang relevan.

2.NED memelihara hubungan dekat dengan kekuatan “kemerdekaan Tibet”. Mereka telah berhubungan sejak 2010 ketika Ketua NED Gershman saat itu menyerahkan “Medali Layanan Demokrasi” kepada Dalai Lama. Gershman menghadiri acara “Harapan dan Demokrasi” yang dihost Dalai Lama pada tahun 2016, merayakan ulang tahun ke-85 Dalai Lama pada tahun 2020, dan berbicara menyokong kegiatan “Kemerdekaan Tibet”. Pada tanggal 13 November 2018, NED menyelenggarakan sebuah seminar tentang isu-isu terkait Tibet di Amerika Serikat, dan mengundang Lobsang Sungen,  "Kalon Tripa" saat itu dari "Pemerintahan Tibet di Pengasingan". Lobsang Sungen membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab di acara tersebut, dengan salah menuduh bahwa tujuan akhir dari program bantuan Tiongkok adalah untuk menjajah Tibet, dan bahwa masyarakat internasional perlu mengambil pelajaran dari pengalaman Tibet dan melihat ambisi tersembunyi Tiongkok di bawah Belt and Road Initiative. Pada 16 Juni 2021, NED menyelenggarakan sebuah wawancara antara Penpa Tsering, “Sikyong” baru dari “Administrasi Tibet Pusat”, dengan Josh Rogin, jurnalis dan kolumnis The Washington Post. Selama wawancara, Penpa Tsering mengklaim bahwa “Kashag” yang baru akan bekerja untuk melanjutkan “dialog Sino-Tibet” yang terhenti untuk menemukan “solusi yang langgeng, saling menguntungkan dan tanpa kekerasan”, dan akan “memperkuat penjangkauan dan advokasi internasional”.

Program-program NED yang berhubungan dengan Tibet berfokus pada penguatan kekuatan “kemerdekaan Tibet” dan meningkatkan isu Tibet menjadi internasional. Pada 2019, NED memberikan hibah senilai 600.000 dolar AS untuk program terkait Tibet. Program-program utama termasuk Program “Penguatan Gerakan Tibet—Kampanye, Pelatihan, dan Pengorganisasian Strategis” yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan oknum “kemerdekaan Tibet” agar mereka meluncurkan gerakan sosial di Tibet, melobi dan mendorong komunitas internasional ikut campur dalam urusan Tibet; Program “Penguatan Dukungan Internasional untuk Demokrasi dan HAM di Tibet”, yang bertujuan untuk mengembangkan kekuatan “kemerdekaan Tibet” lokal, memungkinkan kolusi yang lebih erat antara kekuatan di dalam dan luar Tiongkok, merencanakan dan melaksanakan gerakan sosial di Tibet;  Program “Penguatan Partisipasi Politik Pemuda”, yang bertujuan untuk membina generasi penerus “pemimpin gerakan sosial Tibet”; Program “Menciptakan Kondisi untuk Dialog dan Negosiasi”, yang bertujuan untuk mempromosikan “kemerdekaan Tibet” melalui apa yang disebut studi akademis. Pada tahun 2020, NED memberikan hibah sebesar satu juta dolar AS untuk program terkait Tibet. Yang utama termasuk Program “Tibet Times Newspaper” yang menerbitkan surat kabar berbahasa Tibet, mengoperasikan dan memelihara situs berbahasa Tibet, dan menyediakan platform untuk kegiatan “Pemerintah Tibet di Pengasingan” dan organisasi “Kemerdekaan Tibet”; Program “Penguatan Dukungan Internasional untuk Demokrasi dan HAM di Tibet”, yang mengumpulkan bukti tentang masalah HAM di Tibet dan menodai kebijakan pemerintah Tiongkok terkait Tibet di PBB; Program “Penguatan Kesadaran tentang Panchen Lama”, yang dirancang untuk menyesatkan dan memberikan informasi yang salah kepada masyarakat internasional, mencari dukungan untuk apa yang disebut “Panchen Lama ke-11”, dan menyerang kebijakan Tiongkok dalam kebebasan beragama; Program “Penguatan Jaringan Pemantauan dan Informasi Tibet”, yang bertujuan untuk memantau dan melacak lebih dekat HAM di Tibet dan menghasilkan laporan negatif terkait Tibet; Program “Mempromosikan Pemilihan yang Diinformasikan di antara Para Pemilih Tibet”, yang dirancang untuk membuat orang Tibet berpartisipasi dalam apa yang disebut pemilihan dan pengambilan keputusan “Pemerintahan Tibet di Pengasingan”.

3.NED memberikan dukungan penuh kepada “kemerdekaan Hong Kong”. Ia telah lama melaksanakan proyek-proyek yang disebut “hak-hak buruh”, “reformasi politik” dan “Monitor HAM” di Hong Kong, dan berada di balik hampir semua demonstrasi jalanan di sana. Menurut penelitian di situs resmi NED oleh lembaga analisis opini publik Hong Kong “Hong Kong Insights”, sejak tahun 1994, NED telah mendanai organisasi oposisi, kelompok gerakan mahasiswa, dan media di Hong Kong seperti “Hong Kong Human Rights Monitor” dan “Konfederasi Serikat Buruh Hong Kong”, dan manipulasi mereka untuk menggelar demonstrasi dan protes. Dan menurut statistik oleh Du Jia, seorang peneliti dari Consilium Research Institute Universitas Chongqing, NED telah mendanai proyek-proyek Hong Kong setiap tahun sejak 1994, sampai tahun 2018 sudah mencapai lebih dari 10 juta dolar AS secara kumulatif.

Sejak tahun 2003, NED dengan diam-diam telah mengorganisir, merencanakan, mengarahkan dan mendanai banyak gerakan jalanan berskala besar di Hong Kong, termasuk gerakan ilegal “Occupy Central” dan demonstrasi kekerasan penolakan usulan amandemen legislatif. Dalam turbulensi anti-amandemen pada tahun 2019, NED pindah dari belakang layar ke garis depan, terlibat langsung dengan kekuatan utama anti-Tiongkok yang mengganggu stabilitas di Hong Kong, dan menawarkan subsidi dan pelatihan kepada mereka yang terlibat dalam kerusuhan. Pada Mei 2019, orang-orang yang mencoba menghasut masalah di Hong Kong, termasuk ketua pendiri Partai Demokrat Hong Kong Martin Lee, ketua pendiri “Demosisto” Nathan Law dan mantan ketua “Aliansi Hong Kong dalam Mendukung Gerakan Demokratis Patriotik di Tiongkok” Lee Cheuk-yan, mengunjungi Amerika Serikat untuk menghadiri acara NED yang berjudul "Ancaman Baru bagi Masyarakat Sipil dan Aturan Hukum di Hong Kong", secara terbuka memohon intervensi AS dalam amandemen undang-undang yang diusulkan Hong Kong.

Pada September 2019, NED merekrut oknum anti-Tiongkok di Hong Kong untuk bergabung dengan dewan direktur “Dewan Demokrasi Hong Kong” yang berbasis di Washington. Pembentukan organisasi tersebut mencerminkan hubungan simbiosis antara kekuatan anti-Tiongkok itu dengan Washington. Sebagian besar anggota dewannya adalah tokoh terkemuka yang membuat Hong Kong tidak stabil, sementara dewan penasihatnya sebagian besar terdiri dari anggota organisasi non-pemerintah seperti NED. Selama gerakan anti-amandemen pada tahun 2019, NED mengatur agar kekuatan tersebut melakukan kampanye propaganda di arena internasional, mendanai kegiatan organisasi mereka, dan sering mengirim personel ke Hong Kong untuk memandu protes di lapangan. Pada September 2021, NED mengadakan apa yang disebut simposium “Perjuangan untuk Masa Depan Demokratis”, di mana Nathan Law membuat pidato yang penuh kebohongan dan memutarbalikkan kebenaran dan menentang keadilan. Organisasi-organisasi pimpinan dalam turbulensi anti-amandemen seperti “Front HAM Sipil”, “Demosisto” dan “Konfederasi Serikat Buruh Hong Kong” semuanya menerima dana dari NED. Pada tahun 2021, NED semakin meningkatkan dukungan kepada separatis Hong Kong di pengasingan.

Pada 2019, NED menginvestasikan sekitar 640.000 dolar AS di proyek di Hong Kong. Secara spesifik, di bawah proyek “Penguatan Masyarakat Sipil dan Perlindungan HAM”, ia menggunakan HAM sebagai dalih untuk berkolusi dengan kelompok dan politisi pro-kemerdekaan dan yang disebut “pro-demokrasi” untuk menuduh Pemerintah Pusat Tiongkok melanggar HAM; di bawah proyek “Mempromosikan Dialog Berbasis Bukti dan Pembuatan Kebijakan”, ia membentuk apa yang disebut mekanisme “dialog berbasis bukti” yang konon didasarkan pada pandangan warga Hong Kong tentang masalah politik dan ekonomi, dengan tujuan memperkuat suara oknum pro-kemerdekaan; di bawah proyek “Memperluaskan Hak-Hak Pekerja dan Demokrasi”, ia membantu serikat buruh Hong Kong dalam meningkatkan keterampilan organisasi, negosiasi dan propaganda, dengan nama mempromosikan demokrasi dan pengembangan masyarakat sipil di Hong Kong; dan di bawah proyek “Membela Aturan Hukum dan Kebebasan di Hong Kong”, ia berkolusi dengan pembuat onar lokal, dan kekuatan anti-Tiongkok di komunitas bisnis internasional dan departemen pemerintah, untuk mencampuri aturan hukum di Hong Kong, membuat laporan tentang hubungan antara kemakmuran Hong Kong dengan aturan hukum dan kebebasan.

V. Memproduksi hoax dan memainkan narasi anti-pemerintah

1. Mengedarkan retorika provokatif untuk membangkitkan sentimen anti-pemerintah dalam masyarakat. Pada tahun 2021, Kuba mengalami krisis ekonomi terburuk dalam 30 tahun akibat pandemi COVID-19 dan sanksi yang diperketat oleh AS. Inflasinya meningkat, dan kekurangan makanan, obat-obatan dan listrik menyebar di seluruh negeri. Pada tanggal 11 Juli, demonstrasi anti-pemerintah skala besar meletus di banyak kota, termasuk ibu kota Havana. Dalam penyelidikan, Pemerintah Kuba menemukan hubungan erat antara lembaga pemerintah AS dan demonstrasi tersebut, di mana NED memainkan peran penting. Beberapa minggu sebelum demonstrasi, kabar anti-pemerintah melonjak di media sosial yang secara efektif memanipulasi sentimen masyarakat, dan menyebabkan ketidakpuasan dan memicu protes. Beberapa hari sebelum demonstrasi, tiba-tiba sejumlah besar akun baru muncul di Twitter, yang menyukai dan me-retweet posting anti-pemerintah yang belum diverifikasi, dan semuanya dengan hashtag #SOSCuba. Menurut menteri luar negeri Kuba, penyelidikan menunjukkan akun-akun tersebut terkait erat dengan sebuah perusahaan yang berbasis di Miami, Florida.

2. Membuat kebohongan terkait Xinjiang untuk memicu momentum untuk menahan Tiongkok. “Kongres Uyghur Dunia” dan “Human Rights Watch” yang didanai oleh NED mencipta dan menyebarkan hoax seperti “genosida” di Xinjiang dan “penahanan satu juta orang Uyghur di Pusat Pendidikan dan Pelatihan”. Setelah mewawancarai hanya delapan orang, “Pembela Hak Asasi Manusia China (Chinese Human Rights Defenders, CHRD)” yang didukung oleh NED, berdasarkan “penelitian” sampel kecil yang absurd, menerapkan perkiraan rasio ke seluruh Xinjiang dan menyimpulkan bahwa satu juta orang ditahan di “kamp penahanan pendidikan" dan dua juta orang "dipaksa untuk menghadiri kursus pendidikan ulang siang/malam", sehingga menyebarkan hoax tentang Xinjiang. Sejak bulan Januari 2019, Departemen Luar Negeri AS dan NED meluncurkan survei rumah tangga terhadap warga Uyghur yang bekerja, belajar, dan tinggal di Amerika Serikat. Mereka bertanya apakah ada anggota keluarganya yang berada di "pusat pendidikan dan pelatihan" di Xinjiang, dan menghasutnya untuk "menunduh" dan memprotes terhadap pemerintah Tiongkok.

3. Menyebarkan “virus politik” dan mempolitisasi penelusuran asal-usul COVID-19. Sejak awal pandemi, “Asosiasi Uyghur Amerika” yang didanai NED dan afiliasinya terus-menerus menjajakan teori konspirasi sayap kanan, menyalahkan Tiongkok atas pandemi dan semua kematian terkait, dan menyebarkan hoax seperti Tiongkok mengobarkan “perang virus” di dunia dan “dengan sengaja mengekspor virus untuk menyebabkan pandemi”. Penyebaran hoax semacam ini memicu sentimen anti-Tiongkok dan anti-Asia di AS dan negara-negara Barat lainnya.

4. Memicu ketegangan dan meningkatkan konsep "kekuatan tajam (Sharp Power)". Pada bulan November 2017, Wakil Presiden NED untuk Studi dan Analisis Christopher Walker dan Pejabat Program Senior Jessica Ludwig menulis sebuah artikel di majalah Foreign Affairs berjudul The Meaning of Sharp Power: How Authoritarian States Project Influence, memasarkan konsep “kekuatan tajam” untuk pertama kali dan menyiapkan babak baru "teori ancaman Tiongkok". Pada bulan Desember 2017, NED mengeluarkan laporan berjudul Sharp Power: Rising Authoritarian Influence, menjelek-jelekkan Tiongkok dan Rusia dengan menuduh bahwa selama lebih dari satu dekade, kedua negara telah menghabiskan dana besar untuk mempengaruhi negara atau kelompok sasaran dengan cara non-konvensional seperti perpecahan, membeli loyalitas dan manipulasi, dalam upaya membentuk opini dan persepsi global.

5. Memprovokasi kontroversi dan menstigmatisasi kebijakan pers Tiongkok . “Reporters Without Borders” yang didanai NED telah lama menghasut komunitas internasional, pengiklan, serikat pers, dan pemerintah asing untuk memperlakukan media Tiongkok secara berbeda dan waspada terhadap apa yang disebut “ancaman” mereka. Sejak COVID-19 melanda, "Reporters Without Borders" membuat berita yang tidak bertanggung jawab seperti mendesak Tiongkok untuk "berhenti menyensor informasi tentang epidemi virus corona" dan memperingatkan terhadap "peningkatan represi" pemerintah terhadap jurnalisme, serta menciptakan hoax bahwa banyak jurnalis Tiongkok menghadapi “penahanan bertahun-tahun di penjara, di mana perlakuan buruk dapat menyebabkan kematian”.

VI. Kegiatan Pendanaan dan Program Akademik Untuk Tujuan Penyusupan Ideologi

1. NED telah menetapkan berbagai “Penghargaan Demokrasi (Democracy Awards)” untuk mendorong para disiden di negara lain untuk membantu AS “mengekspor” demokrasi. Sejak tahun 1991, NED telah memberikan Penghargaan Demokrasi setiap tahun kepada para aktivis politik dan disiden di negara-negara termasuk Rusia, Tiongkok, DPRK, Myanmar, Iran, Kuba, Venezuela dan Ukraina sebagai pengakuan atas “membela hak asasi manusia dan demokrasi”. Sejak tahun 1999, NED juga memberikan Medali Layanan Demokrasi (Democracy Service Medal) setiap tahun. Pada tahun 2002, medali tersebut diberikan kepada Wu Shu-chen, istri pemimpin otoritas Taiwan saat itu, Chen Shui-bian. Pada tahun 2010, medali tersebut diberikan kepada Dalai Lama ke-14yang disebut sebagai “pemimpin spiritual Tibet di pengasingan”. NED juga menggunakan Sidang Global Gerakan Dunia untuk Demokrasi (the global assemblies of the World Movement for Democracy) untuk memberikan Penghargaan Keberanian Demokrasi. Sejak Sidang Global Kedelapan pada tahun 2015, nama-nama yang terkait dengan Tiongkok sudah mulai muncul di daftar penerima. Organisasi dan individu anti-Tiongkok yang mencari kemerdekaan untuk Tibet, Hong Kong atau terkait dengan Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM) telah berturut-turut menerima penghargaan tersebut. Misalnya, penerima Penghargaan Keberanian Demokrasi  pada Sidang Ke-8 (2015) adalah Nathan Law, seorang separatis “kemerdekaan Hong Kong”; penerima pada Sidang Ke-9 (2018) adalah Jin Bianling, istri dari apa yang disebut “pengacara hak asasi manusia” Jiang Tianyong; dan penerima pada Sidang Ke-10(2021) adalah Hong Kong Watch, sebuah organisasi anti-Tiongkok di Inggris yang berusaha mengganggu Hong Kong, Mahasiswa untuk Tibet Merdeka (Students for a Free Tibet), sebuah organisasi “kemerdekaan Tibet”, dan Kampanye untuk Uyghur (Campaign for Uyghurs), sebuah kelompok yang terkait dengan ETIM. Di antara penerima, Nathan Law adalah ketua pendiri Demosistō, sebuah organisasi yang mengejar “kemerdekaan Hong Kong”, dan dicari oleh polisi Hong Kong karena melanggar hukum yang bertujuan untuk mengacaukan Hong Kong. Jiang Tianyong adalah dalang di balik hoax seperti "pengacara yang ditahan Xie Yang disiksa", dan terlibat dalam campur tangan dan memainkan kasus-kasus sensitif, menghasut pertemuan ilegal untuk menyebabkan gangguan publik dan bekerja sama dengan pasukan luar negeri, sangat membahayakan keamanan nasional dan stabilitas sosial. Hong Kong Watch telah menerima surat peringatan dari polisi Hong Kong atas dugaan pelanggaran Pasal 29 Undang-Undang Keamanan Nasional tentang “kolusi dengan negara asing atau dengan elemen eksternal untuk membahayakan keamanan nasional”. Mahasiswa untuk Tibet Merdeka mengirim delapan anggota kuncinya termasuk Direktur Eksekutif Lhadon Tethong ke Tiongkok pada tahun 2008 untuk melakukan kegiatan sabotase. Kampanye untuk Uyghur, sebuah kelompok separatis Uyghur di pengasingan, adalah cabang dari Kongres Uyghur Dunia (WUC), sebuah organisasi ultra-nasionalis, dan misinya adalah untuk menumbangkan Tiongkok dan mendirikan negara bangsa “Turkestan Timur (East Turkestan)”.

Pada tanggal 4 Juni 2019, NED memanfaatkan tahun ke-30 sejak gangguan politik 1989 untuk memberikan Penghargaan Demokrasi 2019 kepada organisasi yang mencari kemerdekaan Tibet dan Xinjiang atau terkait dengan ETIM dan “gerakan demokrasi”seperti Tibet Action Institute (TAI), WUC dan ChinaAid. 

2. Sejak tahun 2004, NED telah mengadakan Lipset Lecture Series setiap tahun di AS dan Kanada, dan mempublikasikan hasil ceramah tersebut dalam Journal of Democracy. Sementara sebagian besar pembicara adalah sarjana politik terkenal dan  ceramahnya sangat ideologis. Misalnya, ceramah tahun 2020 berjudul “Totalitarianism’s Long Dark Shadow over China” yang diberikan oleh ilmuwan politik AS Pei Minxin.

3. NED memberikan hibah kepada LSM Akademi Demokrasi Mesir (Egyptian Democratic Academy), untuk melakukan infiltrasi ideologis di Mesir. Pada Juni 2011, Duta Besar AS untuk Mesir Anne Patterson mengakui bahwa AS telah menghabiskan tidak kurang dari 40 juta dolar AS untuk “mempromosikan demokrasi” di Mesir sejak Februari 2011. 

4. Pada Oktober 2013, Institut Demokrasi Nasional (NDI), salah satu penerima hibah inti NED, menerima lebih dari 300.000 dolar AS dari NED untuk “meningkatkan keterampilan komunikasi para aktivis politik di Venezuela”. Sebelum pemilihan lokal Venezuela pada bulan Desember 2013, NDI menyelenggarakan seminar di luar Venezuela untuk memberikan “nasihat ahli” tentang penggunaan teknologi dan media sosial untuk penjangkauan dan keterlibatan warga. Selain itu, NED menciptakan kotak peralatan virtual, yang memberikan “kursus pengembangan kapasitas online yang disesuaikan tentang berbagai masalah yang berkaitan dengan inovasi politik”, yang tetap aktif hingga saat ini. Langkah-langkah tersebut memang berdampak pada pemilihan legislatif Venezuela 2015, dan koalisi oposisi The Democratic Unity Roundtable memenangkan mayoritas bersejarah di Majelis Nasional Venezuela.

5. Pada akhir tahun 2016, NED mensponsori Edward Leung dan Ray Wong, separatis yang mencari “kemerdekaan Hong Kong”, untuk belajar di Harvard dan Oxford. Pada tahun 2017, Johnson Yeung, mantan penggagas Front Hak Asasi Manusia Sipil (Civil Human Rights Front), sebuah organisasi yang berusaha mengacaukan Hong Kong, berpartisipasi dalam program rekan kunjungan NED, di mana dia berkomunikasi dengan kelompok-kelompok sipil dan pengunjuk rasa dari AS, Eropa Timur dan Timur Tengah, dan belajar dari pengalaman mereka tentang gerakan demokrasi dan sosial. 

6. Selama bertahun-tahun, NED telah mendanai Konferensi Kepemimpinan Antaragama Antaretnis, yang telah diadakan 15 kali hingga November 2020. Banyak peserta adalah anggota kelompok separatis yang mencari kemerdekaan Tibet, Xinjiang, Mongolia Dalam, Hong Kong dan Taiwan atau dengan Falun Gong. Dalam pidato utama di Konferensi ke-13 pada Desember 2018, Presiden NED saat itu Carl Gershman menegaskan bahwa “Tiongkok saat ini merupakan ancaman terbesar bagi demokrasi di dunia” dan berteriak untuk “mendukung perkembangan demokrasi” di Tiongkok.

7. Pada tanggal 3 Juni 2019, NED menyelenggarakan konferensi bertema “Model Represi Tiongkok (China’s Repression Model)”, yang mengklaim bahwa model Tiongkok mengikis sistem demokrasi barat melalui teknologi generasi baru.

8. Dari tanggal 27 hingga 30 Maret 2022, Presiden dan CEO NED saat ini Damon Wilson memimpin delegasi ke Taiwan, dan mengumumkan selama konferensi pers bahwa NED akan menyelenggarakan Sidang Global ke-11 Gerakan Dunia untuk Demokrasi (the 11th Global Assembly of the World Movement for Democracy) dengan Yayasan Taiwan untuk Demokrasi (Taiwan Foundation for Democracy) pada Oktober 2022 di Taipei, untuk memberikan dukungan kepada pasukan “kemerdekaan Taiwan” di bawah penyamaran demokrasi.

9. NED mendanai organisasi “hak-hak sipil” secara teratur atas nama pendanaan seminar dan pelatihan akademik. Detail pendanaan NED untuk Tibet dan Xinjiang pada tahun 2020 menunjukkan bahwa kelompok-kelompok atau organisasi yang mencari kemerdekaan Tibet dan Xinjiang, seperti Asosiasi Pemuda Tibet (Tibetan Youth Association) dan WUC, telah menerima dana dari NED untuk workshopnya, misalnya menyediakan forum bagi orang-orang Tibet di pengasingan dan “kemerdekaan Tibet” separatis di Tiongkok, dan pelatihan pengembangan kapasitas bagi pemuda Uyghur untuk menyebarkan narasi “krisis Uyghur” di komunitas lokal.

10. NED telah lama menyediakan dana untuk pelatihan kaum muda Sudan yang “aktif secara politik”. Pada tahun 2020, Pusat Regional untuk Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat Sipil (RCCS) menerima Penghargaan Demokrasi yang menyediakan pelatihan tentang “demokrasi” dan aktivisme bagi ratusan pemuda di seluruh Sudan.