Pameran Lukisan"CEREMONY 60"

2010-09-03 16:00

SIARAN PERS

Pameran Lukisan"CEREMONY 60"

Galeri Nasional Indonesia, Jakarta

16-21 September 2010

Untuk memperingati 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia-China

Pada tanggal 16 sampai 21 September 2010 di Galeri Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Timur No. 14, Jakarta, akan digelar pameran lukisan "Ceremony 60". Pameran ini diselenggarakan untuk merayakan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan China.

Pameran akan dibuka pada hari Kamis, 16 September, pukul 19:30 wib oleh Yang Mulia Zhang Qiyue, Duta Besar RRC untuk Indonesia. Pameran terselenggara berkat kerjasama antara Kementerian Kebudayaan China, Panitia Bali Bangkit, Kedutaan Besar China di Indonesia, dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia, dan didukung Perkumpulan Masyarakat dan Pengusaha Indonesia Tionghoa (PERMIT), KADIN Indonesia Komisi Tiongkok (KIKT) dan lain-lain.

Penutupan pameran akan dilakukan pada tanggal 21 September malam yang akan dihadiri para Duta Besar negara sahabat di Jakarta dan diharapkan juga kehadiran Wakil Presiden Boediono.

Ketua Panitia Bali Bangkit, Jusuf Wanandi, mengatakan: "Pertemuan seni lukis cat air China dengan seni lukis tradisional Bali pada pameran ini merupakan peristiwa seni yang menarik karena baru pertama kali terjadi dalam sejarah seni rupa Indonesia. Kehadiran lukisan-lukisan para maestro seni lukis China ini juga merupakan peristiwa yang langka, karena selama ini lukisan-lukisan yang tak ternilai harganya itu sangat dilindungi di berbagai museum di China."

Materi Pameran

Pameran "Ceremony 60" terdiri dari dua komponen, yakni adikarya para pelukis cat air terkenal China dan lukisan-lukisan tradisional Bali yang berkualitas utama. Seni lukis China dikemas dalam judul "Ketenangan dan Keselarasan" (Serenity and Harmony). Lukisan tradisional Bali dikemas dalam sebutan "Alam dan Figurasi" (Nature and Figuration).

Pendampingan lukisan China dan Bali ini untuk menegaskan bahwa China dan Bali memiliki hubungan erat dalam seni. Kesenian Bali memang banyak menyerap pengaruh dari China, seperti ditunjukkan secara jelas dalam barong, bade (menara ngaben), arsitektur, art work, motif patra China, serta berbagai langgam musik dan instrumentasi tetabuhan. Pengaruh ini diawali oleh Kerajaan Majapahit yang berekspansi ke Bali pada abad 14, kala kebudayaan Majapahit banyak mengadopsi dan mengasimilasi unsur-unsur kebudayaan China.

Ketika Kerajaan Majapahit runtuh pada awal abad 16, para pemuka agama, cerdik cendekia serta seniman (pelukis, pemusik, penari, pematung, arsitek) menyingkir ke Pulau Bali. Di pulau ini mereka lalu mendirikan kerajaan-kerajaan kecil. Dalam kerajaan-kerajaan itu para seniman, yang notabene telah membawa pengaruh besar kebudayaan Tiongkok ala Majapahit, berkarya dengan pakem-pakemnya, yang menyimpan garis merah kebudayaan Tiongkok.

Sejauh mana pengaruh itu masih membekas pada seni rupa tradisional Bali abad 20 dan 21, pameran ini akan menjelaskan.

China: Ketenangan dan Keselarasan

Sebanyak 50 lukisan cat air China akan digelar dalam kesempatan ini. Lukisan cat air China yang sangat khas itu, yang oleh masyarakat dunia disebut sebagai brush painting, sudah dikenal sejak lebih dari 1000 tahun lalu. Namun sangat berkembang ketika era Dinasti Tang (618-609). Pada era ini, dengan dipelopori penyair dan pelukis Wang Wei, syair dan lukisan dipertemukan. Sehingga seni lukis cat air China akhirnya selalu terungkap puitis dari masa ke masa, dan menjadi ciri paling populer dari lukisan China. Dari sini lalu ada ungkapan: "Lukisan adalah syair dalam gambar. Syair ialah lukisan dalam kata."

Lukisan-lukisan yang ditampilkan di sini adalah karya-karya para maestro seni lukis cat air China abad 20, dengan reputasi yang sudah mendunia. Di antara mereka adalah Qi Baishi, Lie Keran, Wu Chuangshuo, Pan Tianshou.

Bali: Alam dan Figurasi

Sekitar 60 lukisan Bali yang tampil di sini adalah karya para pelukis terpandang Bali dari berbagai era dan aliran. Sebagian adalah pelukis yang berkarya sejak tahun 1930-an, lewat perkumpulan Pita Maha (Anak Agung Gede Sobrat, Ida Bagus Made Poleng, Ida Bagus Made Nadera, Ketut Regig). Sebagian lain yang aktif sejak 1980-an, yang kini disebut era Pita Prada (Nyoman Meja, Gusti Agung Wiranata, Nyoman Sarta, Ketut Sadia, Wayan Beneh).

Mereka berangkat dari aliran yang dibentuk di wilayah mereka, seperti aliran Batuan, aliran Keliki, aliran Kapal, aliran Sanur. Juga aliran Pengosekan. Taman Penestanan sampai Kutuh yang semuanya masuk wilayah Ubud. Kedetilan dan kerumitan yang ditawarkan seni lukis tradisional Bali tetap saja menakjubkan.