Wawancara Eksklusif CRI Dengan Ketua MPR Taufiq Kiemas

2009-12-20 09:00

 Bagaimana pertemuan Anda dengan Ketua KRN Tiongkok Wu Bangguo dan Ketua MPPR Tiongkok Jia Qinglin?

Taufiq:

Pertemuannya sangat baik sekali menurut saya, sangat terbuka, sangat kekeluargaan, dan kedua belah pihak menunjukkan bahwa sama-sama ada kekurangan, tapi juga sama-sama ada kemajuan. Tapi pada prinsipnya, kedua negara ini kalau bisa harus bisa maju bersama-sama. Indonesia mungkin bisa lebih cepat maju kalau ditolong oleh Tiongkok. Masalah-masalah infrastruktur juga saya bicarakan itu. Dan ada yang paling menarik buat saya tentang bantuan dari Tiongkok ini, kita yang menentukan apa yang harus kita bangun. Kalau dari negara lain, ini uang kamu harus bangun ini, jadi ini beda.

Selain infrastruktur, isu apa yang menjadi pembicaraan kedua pihak?

Taufiq: Memang isu infrastruktur nomor satu, isu kedua kita menyatakan bahwa kita memegang teguh One China Policy, Kebijakan Satu Tiongkok. Kami tidak mengakui yang lain, kami hanya mengakui satu Tiongkok.

Hubungan Antara Parlemen RI dengan RRT saat ini bagaimana?

Taufiq:

Saya rasa hubungannya sangat mesra ya , sebab saya lihat, walaupun pemerintah sama pemerintah sudah mengadakan pertemuan, saya rasa kedua parlemen yang harus menindak lanjuti apa yang sudah …antara pemerintah dengan pemerintah supaya kelihatan bahwa apa yang dikerjakan oleh pemerintah lewat parlemen ini memang didukung oleh rakyat kedua negara.

Pandangan Anda terhadap hubungan RI dan RRT selama 60 tahun ini.

Taufiq:

Sebenarnya Indonesia dulu yang menaruh kedutaan besarnya di Beijing ini di luar negara sosialis lainnya. Jadi waktu itu Bung Karno menaruh duta besar pertamanya, Pak Arnold Manulutu disini. Dan juga persahabatan itu mulai erat waktu Indonesia mengadakan KAA di Bandung. Waktu itu Presiden kami, Bung Karno mengatakan, kalau sampai RRT tidak ikut, maka tidak sepenuhnya KAA Bandung itu berarti. Saya rasa tingkat hubungan sampai begitu, itu tambah baik tambah baik, mungkin ada suatu proses. Biasanya orang bersaudara ada naik dan turunnya. Saya rasa fase itu pelajaran kita bersama-sama tapi mudah-mudahan yang akan datang, dengan pelajaran yang bersama-sama itu kita tidak akan mengulangi pelajaran-pelajaran yang sudah kita belajar sama-sama di mana pelajaran itu merugikan kedua belah pihak.

Ahmad Farhan:

Sekarang kita melihat Indonesia bagaimanapun harus mengambil banyak hikmah dari kelebihan-kelebihan yang berlaku di Tiongkok dalam bidang ekonomi terutama. Begitu besar krisis yang melanda ekonomi dunia, melanda ekonomi Eropa Amerika, ternyata China ini malah tetap mampu bertahan dan malah menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat besar dan terpesat. Jadi kita harus belajar, dan di waktu yang lalu kita sudah pernah belajar disini, dan sekarang yang sangat bagus di mana mata pelajar atau calon-calon mahasiswa Indonesia mulai tertuju ke Tiongkok. Sudah ribuan mahasiswa Indonesia ada di sini jadi akan ada sebuah keuntungan yang luarbiasa bagi Indonesia dalam hubungan saling menguntungkan di masa depan, yaitu sintesis pengetahuan yang berasal dari Indonesia, yang berasal dari Barat – Amerika dan Eropa, dan yang dari China akan masuk ke Indonesia pada waktu yang bersamaan. Kalau nilai positif ini bisa dikembangkan kita mungkin akan lebih cepat maju di hari-hari yang akan datang. Jadi atas dasar ini, dengan melihat basis yang bagus antara Indonesia dan Tiongkok, sepertinya masa depan Indonesia akan semakin cerah, tinggal bagaimana kita sama-sama memanfaatkan nilai-nilai positif ini.

Pelajaran demokrasi yang bisa Indonesia bagikan kepada Tiongkok?

Taufiq:

Saya rasa maksud berdemokrasi itu adalah untuk kemajuan. Saya rasa RRT dengan demokrasinya sudah membuat kemakmuran, saya rasa demokrasi itu tentu baik untuk rakyatnya. Menurut kacamata saya setiap demokrasi yang membuat rakyatnya senang pasti demokrasi itu baik. Di kami, juga sedang proses menuju ke arah sana juga. Sebab kami mengamandemen UUD kami supaya demokrasi itu juga menjadi baik. Kalau disini sudah lebih baik lebih dulu makanya Tiongkok lebih maju ke depan, kita ini baru mencoba mengamandemen supaya demokrasi kami bertambah baik.

Melanie:

Kita akan meningkatkan kerjasama dan akan belajar banyak dari Tiongkok karena Tiongkok dengan penduduk 1.3 milyar itu bisa ekonominya maju pesat dan kami juga dengan penduduk 230 juta juga akan mencatat bagaimana perkembangan kemajuan Tiongkok yang pesat.

Ahmad Farhan:

Menurut saya, tiga lapisan ini perlu terus menerus meningkatkan hubungan, yang pertama Government to Government antar apemerintah kedua negara, dari sisi ekonomi, B-B businessman dan businessman, dan ketiga di antara kita nih, P-P yaitu people to people, jadi antara kedua masyarakat terus saling berkomunikasi dan berhubungan. Banyak sekali saudara-saudara kita yang mungkin nenek moyangnya orang Tiongkok, ini waktu yang tepat untuk mempererat hubungan. Tetaplah menjadi Indonesia, tetaplah mempunyai nenek moyang orang Tiongkok. Saya rasa kita menjadi bangga untuk menjadi kedua-duanya. Bangga menjadi orang Indonesia, dan bangga punya nenek moyang orang Tiongkok. Jadi saya kira, kalau hal ini bisa berlaku, maka kedua negara akan sangat diuntungkan.

Citra Tiongkok di mata rakyat Indonesia.

Taufiq:

Jadi citra rakyat Tiongkok di mata orang Indonesia, untuk kemakmuran, tirulah cara Tiongkok yang paling baik. Sebab mereka bisa menyelesai masalah-masalah krusial, masalah ekonomi. Maka dari itu, kita ke sini untuk belajar bagaimana memperbaiki keadaan ekonomi kami supaya menjadi baik. Lebih baik kita balajar sama orang daripada kita mengalami kesulitan-kesulitan itu sendiri. Lebih baik kita belajar sekarang, daripada sulit dulu baru belajar. Lebih baik belajar sama orang pintar supaya kita menjadi pintar.

Farhan:

Secara umum tentu ada respek positif sekali dari hampir seluruh kalangan rakyat Indonesia seperti yang dikatakan Pak Taufiq tadi kepada pemerintah Tiongkok pada saat ini. Menjadi kesadaran internal kita masing-masing-masyarakat, pemerintah, maupun pihak lain di Indonesia, untuk tetap meyakini perlunya penghargaan terhadap kedaulatan negara lain dijunjung tinggi. Jadi tidak ada keinginan sama sekali untuk melihat aspek-aspek negatif dari negara sahabat kita ya. Jadi lihatlah nilai-nilai positif pemerintah Tiongkok yang dengan pasti bisa mempertahankan kondisi negaranya, kondisi masyarakatnya, dan kondisi ekonomi negara ini dalam suasana yang begitu memprihatinkan (krisis ekonomi). Dan itulah nilai plus yang mungkin tidak dijumpai di negara lain.

Melanie:

Saya lihat Tiongkok sekarang semakin maju. Dan banyak masyarakat Indonesia yang belajar Bahasa Tionghoa, sehingga nanti Bahasa Tionghoa mungkin bisa menjadi bahasa kedua di dunia, setelah Bahasa Inggris.