RRT DAN ASEAN TARGETKAN PERTUKARAN 200 RIBU PELAJAR TAHUN 2020

2010-08-06 10:00

 

Guiyang-Sebagai bagian dari kesepakatan para Menteri Pendidikan dari negara-negara anggota ASEAN dan RRT, jumlah pelajar dari ASEAN yang belajar di RRT dan sebaliknya diharapkan dapat mencapai 100 ribu orang pada tahun 2020. Hal ini dituangkan dalam Deklarasi Guiyang yang disahkan oleh Menteri dari 11 negara tersebut pada 'The 1st China-ASEAN Education Minister Roundtable Conference', Guiyang, RRT, 3 Agustus 2010.

Untuk mencapai target tersebut, Pemerintah RRT akan menyediakan 10.000 beasiswa bagi siswa dari ASEAN untuk belajar di RRT dalam 10 tahun ke depan, seperti disampaikan oleh State Councilor Liu Yandong pada upacara pembukaan pertemuan. Selain itu, RRT juga mengusulkan program 'Scholarships for Top-Talents Exchange' bagi mahasiswa tingkat pascasarjana dan doktoral, khususnya di bidang pengajaran, lingkungan, pengobatan, iklim dan teknologi.

Dalam rangka memenuhi target dimaksud, Mendiknas Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA menggagas tentang perlunya peningkatan daya saing sumber daya manusia ASEAN dan RRT melalui serangkaian program beasiswa, pertukaran pelajar, dan skema program 'dual degree' atau 'sandwich program' guna menarik lebih banyak pelajar Tiongkok belajar terutama ke Indonesia.

Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Pendidikan ASEAN – RRT ini diselenggarakan untuk pertama kalinya sebagai pelaksanaan dari amanat dan kesepakatan pimpinan negara pada pertemuan ASEAN+1 (RRT) tahun lalu di Thailand. Kerjasama pendidikan antara ASEAN dan RRT dimaksudkan untuk memudahkan dan meningkatkan arus pertukaran pelajar dan akademisi serta sumber daya pendidikan lainnya yang diarahkan pada perwujudan integrasi dan menjadikan kawasan ini menjadi salah satu pusat pendidikan yang berkualitas dan berdaya-saing tinggi. Dalam kerangka ini, para Menteri Pendidikan ASEAN dan RRT juga menyepakati perintisan program saling pengakuan ijazah dan transfer kredit (mutual recognition of academic degrees and credit transfers).

Pada KTM tanggal 3 Agustus 2010 tersebut, sesuai rencana dan kesepakatan, Mendiknas RI dan Menteri Pendidikan RRT juga menandatangani Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia dan Kementerian Pendidikan Republik Rakyat Tiongkok tentang Kerja Sama Bidang Pendidikan.

Penandatanganan dokumen ini merupakan momen bersejarah mengingat MoU dimaksud selain merupakan bagian dari perwujudan dan pelaksanaan amanat Deklarasi Bersama Kemitraan Strategis (Strategic Partnership)RI – RRT 2005 dan Rencana Aksi 2010, Memorandum tersebut juga merupakan dokumen payung yang akan menjadi dasar bagi setiap inisiasi program dan implementasi kerjasama antar pemangku kepentingan bidang pendidikan kedua negara baik pemerintah, universitas maupun institusi terkait lainnya.

Sebagai 'umbrella agreement', MoU dimaksud mencakup bidang kerjasama yang luas dengan prioritas, antara lain: pendidikan dasar, menengah, tinggi, kejuruan dan pendidikan profesi. Dalam kerangka ini, kedua pihak sepakat untuk terus mendorong, antara lain: kegiatan pertukaran pengalaman, siswa dan tenaga pengajar di bidang pembelajaran Iptek pada sekolah dasar dan menengah serta peningkatan kualitas pendidikan; pemberian beasiswa khususnya untuk program S1 dan S2; pelaksanaan riset dan publikasi internasional bersama; penjajakan penyetaraan dokumen terkait ijazah, kualifikasi dan akreditasi; penyelenggaraan seminar terkait pengembangan teknologi pendidikan; pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di RRT dan sebaliknya; serta pendirian Pusat Bahasa Mandarin di 6 (enam) universitas di Jakarta, Surabaya, Pontianak, Bandung, Makassar dan Malang.

Di sela-sela KTM, Mendiknas RI juga mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Pendidikan RRT, Menteri/Ketua Komisi Pendidikan Tinggi Filipina dan Menteri Pendidikan Brunei Darussalam dengan tujuan untuk meningkatkan kerjasama di bidang pendidikan formal dan non-formal pada tingkat bilateral.

Khusus dalam pertemuan bilateral Indonesia – RRT, kedua Menteri sepakat untuk membentuk suatu 'Joint Committee' (atau Joint Working Group) dengan mandat utama menyusun rencana aksi dan mekanisme implementasi kerjasama bidang pendidikan antara kedua pihak. Kedua pihak juga memandang pentingnya kerjasama pendidikan vokasi (SMK dan politeknik), utamanya di bidang otomotif, untuk menciptakan wirausahawan baru. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden RI mengenai penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja. Mendiknas RI juga menyampaikan bahwa Pemerintah Republik Indonesia akan menyediakan beasiswa bagi tenaga pengajar bahasa Indonesia di RRT untuk belajar di tingkat S2 dan S3 di Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai 'first gesture' dari Indonesia dalam perwujudan kesepakatan kerjasama bidang pendidikan dan peningkatan hubungan antarbangsa kedua negara. Sebaliknya, dari pihak RRT juga menyampaikan komitmennya untuk memberikan beasiswa bagi Indonesia untuk program studi pascasarjana dan doktoral di RRT.

Pada kesempatan pertemuan bilateral di sela-sela KTM ASEAN – RRT tersebut, Mendiknas juga mengundang Menteri Pendidikan RRT untuk melakukan kunjungan ke Indonesia. Demikian pula, pihak RRT juga menyampaikan undangan kepada Mendiknas RI untuk mengadakan kunjungan bilateral resmi ke RRT pada kesempatan mendatang, yang disambut baik oleh pihak Indonesia dengan tujuan untuk peluncuran pembentukan 'the Joint Working Group' serta memulai pembahasan secara detil program-program yang disepakati kedua belah pihak.

Pokok-pokok isi Deklarasi Guiyang:

1. Mendirikan 'ASEAN-China Commission on Humanities Exchange and Cooperation' untuk mengkoordinasikan upaya-upaya kerjasama di bidang pendidikan, budaya, kesehatan, oleh raga, pariwisata, media dan film dan membuat mekanisme implementasi yang sesuai;

2. Mengadopsi kebijakan yang lebih terbuka, meningkatkan jumlah pemberian beasiswa, kesempatan dan sumber daya pendidikan, serta meningkatkan mobilitas siswa antarnegara melalui program 'ASEAN-China Double 100,000 Student Exchange Program' 2020;

3. Mengembangkan program bersama untuk jenjang pascasarjana dan doctoral, khususnya di bidang lingkungan, medis, iklim, iptek, serta mendorong pertukaran ilmuwan dan tenaga ahli;

4. Mengupayakan pengakuan ijazah pendidikan dan transfer angka kredit antar universitas;

5. Menyelenggarakan 'ASEAN-China 100,000 Youth Exchange Program' untuk pembelajaran bahasa, budaya, dan olah raga guna mendorong saling pengertian dan hubungan.